Selasa, 31 Mei 2016

HIKAM bab PERTAMA: AKIBAT BERPEGANG KEPADA AMAL


AKIBAT BERPEGANG KEPADA AMAL


Syaikh al-Imam Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari berkata: “Sebagian tanda berpegang (manusia) atas amal, ialah kurang harapanya kepada Allah ketika terjadi kesalahan-kesalahan.”

Penjelasanya:
Ada 3 tingkatan ummat manusia sebagai mahluk Allah, yaitu:
1. Al-‘Ibaad: Mereka mengerjakan segala macam amal ibadah dan menjauhkan segala larangan Allah agar dijauhkan dari malapetaka dan masuk surga.

2. Al-Muridin: Mereka mengerjakan segala macam amal ibadah dan menjauhkan segala larangan Allah agar bagaimana bisa sampai kepada Allah, agar terbuka segala sesuatu yang menutupi hati mereka dan dilimpahkan rahasia-rahasia halus.

3. Al-‘Arifin: Hamba-hamba dalam tingkatan ini, meskipun mereka beramal ibadah begitu banyak, tapi sedikit pun mereka tidak melihat dan mengharap agar dijauhi malapetaka, masuk surga, bisa sampai kepada Allah serta dilimpahkan rahasia-rahasia halus, tidak terbayang dalam hati mereka bahwa mereka beramal, tetapi hati mereka selalu tertuju bahwa Allah yang berbuat segala sesuatu pada hakikatnya. Mereka tenggelam dalam lautan ridha qadar Ilahi dan mereka bergantung pada tali qadha’ yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Pada tingkatan Al-‘Ibaad dan Al-Muridin, ibadahnyalah yang menjadi sebab sampainya harapa-harapan yang mereka harapkan dan inginkan. Tetapi apabila ibadahnya berkurang atau melanggar perintah-perintah Allah, maka berkurang pula harapan dan keinginanya kepada Allah agar dijauhkan dari mala petaka, masuk surga serta dilimpahkan rahasia-rahasia halus. Ini akibat apabila kita berpegang kepada amal, tetapi tidak berpegang kepada Allah.

Tingkatan Al-‘Arifin adalah tingkatan yang paling mulia disisi Allah. Sebab apabila kita sampai pada tingkatan ini, kita akan fana dan kita akan tenggelam didalam qadar dan qadha’ Allah. Sama saja pada kita apakah kita mengerjakan taat, maka tidak terlihat oleh kita bahwa itu karena daya dan kekuatan kita.
2

Laa haula wala quwwata illa billahi (Tidak ada daya untuk mengelakkan diri dari bahaya kesalahan dan tidak ada kekuatan untuk berbuat amal kebaikan kecuali dengan bantuan pertolongan Allah dan kurnia rahmatNya semata-mata).

Pada tingkatan Al-‘Arifin ini, keyakinan kita terhadap Allah begitu sempurna, dan harapan kita kepada Allah maksimal, maka segala apa yang terjadi, tidak akan mempengaruhi dasar pengharapan, keyakinan, dan tawakal kepada Allah. Jika kita jatuh dalam dosa, maka kita bertobat kepada Allah dengan meyakini kesempurnaan tobat kita.Tidak bertambah harapan kita kepada Allah apalagi karena kebaikan-kebaikan yang kita kerjakan, dan tidak pula berkurang taqwa kita kepada Allah, disebabkan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.

Karena itu seorang muslim dituntut untuk tidak bergantung kepada amalnya. Hadis Nabi: “Berlakulah kamu setepat dan sedekat mungkin (tidak berlebihan dan tidak kurang). Ketahuilah bahwa amal salah seorang dari kalian tidak akan memasukkanya kedalam surga. “Mereka bertanya, : “Engkaupun tidak, ya Rasulullah?” Baginda bersabda: “Akupun tidak, hanya saja Allah meliputiku dengan ampunan dan rahmat.” (Dirawayatkan oleh Enam Imam).

Dalam meninggalkan ketergantungan kepada Amal terdapat banyak hikmah yang bertautan dengan pemahaman tentang Allah dan yang berhubungan dengan pembersihan jiwa. Bersandar pada amal menyebabkan tertipu, ‘ujub, lancang dan tidak sopan terhadap Allah serta merasa dirinya mempunyai hak-hak disisi Allah, dan itu semua berbahaya..

Maka kalam hikmah ini menjelaskan kepada kita bahwa, apabila seseorang berpegang atau bergantung kepada amalnya, akan berkurang harapanya kepada Allah atas maksudya yaitu agar dijauhkan dari mala petaka, masuk surga serta dilimpahkan rahasia-rahasia halus, serta berkurang keyakinan dan penyandaran dirinya kepada Allah ketika terjadi suatu kesalahan atau dosa. Sebagai hamba, hendaknya kita bersandar kepada Allah dalam beribadah, jangan bersandar kepada amal, agar Allah ridha terhadap segala amal ibadah yang kita kerjakan.

Khamis, 18 Jun 2015

AMALAN SUNAT DI BULAN RAMADHAN


Adalah penting bagi kita untuk mengetahui hadis Rasulullah SAW dalam bab kaifiat dan fadhilat ibadah. Ini kerana ia merupakan janji benar yang menjadi jaminan yang kukuh untuk kita berpegang dengannya.

Menjadi sumber motivasi buat orang-orang yang beriman. Berikut adalah beberapa hadis Rasulullah SAW yang menerangkan kepada kita bagaimana untuk mendapatkan impak maksima dari kebaikan Ramadan. Perkara tersebut telah di petik dari kitab Riyadhus-Solihin susunan Imam an-Nawawi dan kitab Feqh as-Sunnah susunan Sheikh Sayyid Sabiq.

Semoga kita semua dapat mengamalkannya, insya Allah :

1. Keutamaan sahur dan mentakhirkannya selama tidak khuatir akan terbitnya fajar :

Dari Anas radhiallahu ‘anhu, bahawa Rasulullah SAW bersabda maksudnya: “Bersahurlah kamu sekalian kerana sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat barakah.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu berkata: “Kami sahur bersama-sama dengan Rasulullah SAW, kemudian kami melaksanakan solat.” Ada seseorang bertanya: “Berapa lama antara sahur dengan solat itu?” Ia menjawab: “Kira-kira 50 ayat.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu ‘anhu, bahawa Rasulullah SAW bersabda maksudnya: “Kelebihan puasa kami dan puasa ahli Kitab adalah adanya makan sahur.” (Hadis Riwayat Muslim)

2. Segera berbuka puasa apabila sudah masuk waktu berbuka :

Dari Sahl bin Sa’d radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah SAW  bersabda maksudnya : “Manusia itu selalu dalam kebaikan selama mereka segera berbuka puasa.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari Anas radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah SAW sentiasa berbuka dengan beberapa biji ruthob (kurma yang baru masak) sebelum solat. Jika tidak ada ruthob (kurma yang baru masak), maka baginda SAW berbuka dengan tamar (kurma yang sudah kering). Jika tidak tamar (kurma yang sudah kering), maka baginda SAW meneguk air beberapa teguk.” (Hadis Riwayat Abu Daud dan At-Turmudzi)

3. Berdoa sepanjang berpuasa dan ketika berbuka.

Diriwayatkan oleh Turmudzi dengan sanad yang hasan, bahawa Rasulullah SAW bersabda maksudnya : “Ada 3 golongan yang tidak ditolak doa mereka, iaitu orang yang berpuasa sehingga dia berbuka, pemimpin negara yang adil dan orang yang teraniaya.”

4. Menjauhi perkara-perkara yang bertentangan dengan ibadah puasa.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Puasa itu adalah perisai, oleh kerana itu, apabila salah seorang di antara kamu sekalian berpuasa maka janganlah berkata kotor dan janganlah bertengkar/berteriak. Apabila ada seseorang yang mencaci-maki atau mengajak berkelahi, maka hendaklah ia berkata: “Sesungguhnya aku sedang berpuasa””. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata bahawa Rasulullah SAW bersabda maksudnya : ‘Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak memerlukan ia meninggalkan makan dan minumnya.” (Hadis Riwayat  Bukhari)

5. Bersiwak atau menggosok gigi.(KAYU SUGI)

Amir bin Rabi’ah berkata, “Saya melihat Nabi SAW bersiwak dan baginda pada saat itu sedang berpuasa. Kerana seringnya, maka saya tidak dapat membilang dan menghitungnya.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda maksudnya, “Andaikan tidak memberatkan umatku, nescaya mereka ku perintahkan bersiwak pada setiap kali berwuduk.” (Hadis Riwayat Bukhari)

6. Bermurah hati dan banyak menderma.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu katanya: “Rasulullah SAW adalah seorang yang paling dermawan, dan sifat dermawannya itu lebih menonjol pada bulan Ramadan yakni ketika ditemui Jibril. Biasanya Jibril menemuinya pada setiap malam bulan Ramadan, dibawanya mempelajari al-Quran. Maka Rasulullah SAW  lebih murah hati melakukan kebaikan dari angin yang bertiup.” (Hadis Riwayat Bukhari)

7. Menggandakan amalan membaca dan mempelajari al-Quran.

Hadis daripada Ibnu Abbas di atas menyatakan bahawa Rasulullah SAW bertadarus (mempelajari al-Quran) dengan Jibril pada setiap malam Ramadhan.

Membaca al-Quran adalah amalan biasa umat Islam, tetapi sempena bulan Ramadan, hendaklah kita tumpukan betul-betul dan menggandakannya. Para ulama apabila tibanya bulan Ramadan dan akan memberhentikan kuliah yang diajar mereka dan menumpukan kepada mempelajari al-Quran.

Membaca untuk memahami al-Quran yakni mentadabbur al-Quran adalah lebih utama dari membaca laju untuk mengkhatamkannya beberapa kali pada bulan Ramadan.

8. Memberi makan untuk berbuka puasa.

Dari Zaid bin Khalid Al-Juhanny radhiaallahu ‘anhu, bahawa Rasulullah SAW  bersabda: “Barangsiapa yang memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu dengan tidak mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (Hadis Riwayat At-Turmudzi)

9. Mendirikan malam dengan solat sunnat (solat Tarawih)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahawa Rasulullah SAW telah bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan solat sunat pada malam bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala dari Allah , maka akan diampunilah dosanya yang telah lalu.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

10. Giat beribadah dan pada 10 hari terakhir

Ramadhan Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: “Bahawa Rasulullah SAW apabila masuk sepuluh terakhir bulan Ramadan.diramaikannya waktu malam, dibangunkannya ahli keluarganya dan diikat erat kain sarungnya.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

11. Beriktikaf pada 10 terakhir Ramadan.

Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah SAW selalu beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim) .

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: “Rasulullah SAW  selalu beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan sehingga baginda SAW dipanggil Allah Ta’ala, kemudian setelah baginda SAW  wafat, isteri-isterinya meneruskan kebiasaan baginda itu.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)


Semoga kita semua dapat mengambil pengajaran yang besar dari hadis-hadis Nabi SAW  di atas. Janganlah dilepaskan peluang untuk mendapatkan pahala yang besar hasil dari usaha kita untuk bersungguh-sungguh melaksanakan sunah di atas. Selain dari sunah yang telah dinyatakan di atas, jangan lupa dan meremehkan lain-lain sunah Rasulullah SAW seperti senyum, beri salam, solat jamaah di masjid, berbuat baik kepada ahli keluarga dan jiran, beri tazkirah, merendah diri dan lain-lain.

Khamis, 4 Jun 2015

ANGGOTA MENJADI SAKSI

Firman Allah SWT maksudnya : 

19 Dan (ingatlah) pada hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke neraka lalu mereka dipisah-pisahkan.  

20 Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka lakukan. 

21 Dan mereka berkata kepada kulit mereka, "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" (Kulit) mereka menjawab, "Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.  

22 Dan kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kamu lakukan.  

Asbabun Nuzul ayat 22. 

Ibnu Mas'ud r. memaparkan, bahawa ayat ini di turunkan berkenaan dengan dua orang Quraisy dan seorang Bani Tsaqif yang saling berbantahan di Baitullah. Salah satu dari mereka berkata, "Bagaimana pendapatmu, apa kah Allah mendengar setiap perbicaraan kita?" Yang lain menjawab, "Jika kita berbicara keras, Allah akan mendengar. Namun jika kita berbisik-bisik, Allah tidak akan mendengar." (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad) 

23 Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu, (dugaan itu) telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang rugi.  

24 Meskipun mereka bersabar (atas azab neraka) maka nerakalah tempat tinggal mereka dan jika mereka minta belas kasihan, maka mereka itu tidak termasuk orang yang pantas dikasihani.  

25 Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman (syaitan) yang memuji-muji apa saja yang ada di hadapan dan di belakang mereka dan tetaplah atas mereka putusan azab bersama umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari (golongan) jin dan manusia. Sungguh, mereka adalah orang-orang yang rugi.  

(Surah Fussilat (41) ayat 19-25)

Khamis, 28 Mei 2015

5 WASIAT SYAIDINAR ALI K.W TENTANG ILMU DAN HARTA

Orang bertanya kepadan Saidina Ali k.w  kenapa beliau mencintai ilmu lebih dari harta. 

Jawab Saidina Ali k.w : 

Pertama
Ilmu itu jika diberi kepada orang lain, akan bertambah, manakala harta jika diberi akan menyusut.

Kedua : Ilmu dapat memelihara diri kita, manakala kita pula terpaksa melindungi harta.

Ketiga
Makin banyak ilmu hati semakin tenang, sedang semakin banyak harta semakin berat menjaganya.

Keempat :
 Orang yang menyimpan ilmu tanpa bimbang didatangi pencuri, sedang banyak menyimpan harta sentiasa cemas dan curiga kedatangan orang. 

Kelima
Orang yang berilmu mempunyai kenalan luhur, sedang si punya banyak harta mempunyai ramai lawan dan musuh.

Pesan Saidina Ali k.w  lagi : 

Hendaklah engkau berlindung kepada Allah dalam semua urusan, kerana dengan itu engkau mendapat perlindungan yang kukuh, kuat dan mulia.

Harta kekayaan tidak akan kekal menemanimu, dan kamu pula tidak akan dikekalkan oleh hartamu. Salah satu akan musnah terlebih dahulu, samaada kamu atau hartamu.

Ketahuilah kamu diciptakan untuk akhirat, tidak untuk dunia. Kamu dihidupkan untuk dimatikan, tidak untuk dikekalkan. Dengan itu sesungguhnya berada di tempat sementara inilah kamu berbekal untuk menuju akhirat yang pasti. 

Engkau selalu dikejar maut, yang tiada siapa terlepas siapapun yang cuba lari daripadanya. Dengan itu hendaklah waspada jangan tertangkap maut ketika berbuat jahat, atau telah merancang berbuat jahat lalu menemui maut maka binasalah engkau.

Oleh itu utamakanlah ilmu daripada harta tetapi jika kalian berharta maka jadikanlah harta kalian untuk menuntut ilmu, sebarkan ilmu yang bermanfaat dan jadilanlah hartamu untuk sedekah jariah maka harta tersebut akan membantu kalian walaupun kalian berada dialam barzakh, jangan jadikan harta sebagai hamba nanti kalian akan binasa.

Jumaat, 15 Mei 2015

CORETAN ISRAK DAN MIKRAJ RASULULLAH S.A.W

Hadis-hadis sahih mengenai peristiwa ini boleh didapati dalam Kitab Sahih Bukhari dan Muslim
Maksudnya: Dari Anas bin Malik r.a., katanya Rasulullah SAW bersabda : "Jibril membawakan kepadaku seekor 'Buraq', iaitu sejenis haiwan berwarna putih, lebih panjang dari keldai dan lebih pendek daripada baghal, Ia dapat melompat sejauh mata memandang. Haiwan itu lalu kutunggangi sampai ke Baitul Maqdis.
Sampai di sana haiwan itu ku tambatkan di tambatan yang biasa digunakan para Nabi. Kemudian aku masuk ke dalam masjid dan solat di situ dua rakaat.
Setelah aku keluar, Jibril datang membawa dua buah bekas (balang) yang satu berisi arak dan yang satu lagi berisi susu. Aku memilih susu. Lalu Jibril a.s berkata: Engkau telah memilih fitrah.
Lalu Jibril a.s membawaku naik ke langit. Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, Jibril ditanya, "Kamu siapa?" Sahut Jibril, "Aku Jibril!"
Tanya : "Siapa bersama kamu?" Jawab : "Muhammad!" Tanya : "Sudah diutus!" Jawab ; "Ya, dia sudah diutus!"
Setelah itu barulah pintu dibukakan untuk kami. Tanpa disangka, aku berjumpa dengan Adam a.s. Beliau mengucapkan 'selamat datang' kepadaku serta mendoakanku semoga beroleh kebaikan.
Kemudian kami naik ke langit kedua. Jibril a.s minta dibukakan pula pintu.
Lalu dia ditanya, "Siapa kamu?" Jibril menjawab, "Aku jibril!"
Tanya : "Siapa bersama kamu?" Jawab : Muhammad!"
Tanya : "Apakah dia sudah diutus?" Jawab ; "Ya, dia sudah diutus!"
Setelah itu barulah pintu dibukakan untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan dua orang; anak dan paman, iaitu 'Isa anak Maryam dan Yahya bin Zakaria 'alaihimas salam. Keduanya mengucapkan 'selamat datang' kepadaku, serta mendoakan semoga aku beroleh kebaikan.
Kemudian aku dibawa lagi naik ke langit ketiga. Jibril minta di bukakan pula pintu. "Siapa kamu?" Jibril menjawab, "Aku Jibril!"
Tanya : "Siapa bersama kamu?" Jawab : Muhammad!"
Tanya: "Apakah dia sudah diutus?" Jawab ; "Ya, dia sudah diutus!"
Lalu pintu dibukakan bagi kami. Tanpa disangka, aku bertemu dengan Yusuf a.s yang kecantikanannya seperdua dari seluruh kecantikan yang ada. Dia mengucapkan selamat datang kepadaku, dan mendoakan semoga aku beroleh kebaikan.
Sesudah itu kami dibawa naik ke langit keempat. Jibril a.s minta supaya dibukakan pula.
Dia ditanya Siapa kamu?" Jibril menjawab, "Aku Jibril!"
Tanya: "Siapa bersama kamu?" Jawab: Muhammad!" Tanya: "Apakah dia sudah diutus?" Jawab: "Ya, dia sudah diutus!"
Lalu pintu dibukakan bagi kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Idris a.s. Dia mengucapkan selamat datang kepadaku, serta mendoakan semoga aku beroleh kabaikan.
Firman Allah: "Kami naikkan dia (Idris) ke tempat yang tinggi." (Maryam : 57).
Kemudian kami naik ke langit kelima. Jibril a.s minta dibukakan pintu. Dia ditanya "Siapa kamu?" Jibril menjawab, "Aku Jibril!"
Tanya: "Siapa bersama kamu?" Jawab: Muhammad!"
Tanya: "Apakah dia sudah diutus?" Jawab: "Ya, dia sudah diutus!" Lalu pintu dibukakan bagi kami.
Tanpa disangka, aku bertemu dengan Harun a.s. Dia mengucapkan selamat datang kepadaku, dan mendoakan semoga aku mendapat kebaikan.
Kemudian kami naik ke langit keenam. Lalu Jibril minta dibukakan pintu. Dia ditanya, "Siapa kamu?" Jibril menjawab, "Aku Jibril!"
Tanya: "Siapa bersama kamu?" Jawab: Muhammad!"
Tanya: "Apakah dia sudah diutus?" Jawab: "Ya, dia sudah diutus!" lalu pintu dibukakan bagi kami.
Tanpa disangka, aku bertemu dengan Musa a.s. Dia mengucapkan selamat datang kepadaku dan mendoakan semoga aku mendapat kebaikan.
Kemudian kami naik ke langit ketujuh. Jibril minta dibukakan pula pintu. Dia ditanya "Siapa kamu?" Jibril menjawab, "Aku Jibril!"
Tanya: "Siapa bersama kamu?" Jawab: Muhammad!"
Tanya: "Apakah dia sudah diutus?" Jawab: "Ya, dia sudah diutus!"
Lalu pintu dibukakan bagi kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Ibrahim a.s sedang bersandar ke Baitul Ma'mur, dimana 70,000 malaikat setiap hari masuk ke dalamnya dan mereka tidak pernah kembali lagi dari situ.
Kemudian Jibril membawaku ke Sidratul Muntaha, mendapatkan sebatang pohon yang daunnya seperti telinga gajah, dan buahnya sebesar kendi (bekas air). Setiap kali ia tertutup dengan kehendak Allah ia berubah sehingga tidak satu pun makhluk Allah yang sanggup mengungkapkan keindahannya. Lalu Allah menurunkan wahyu kepadaku, mewajibku solat 50 kali sehari semalam.
Sesudah itu aku turun ke tempat Musa a.s, Musa bertanya "Apa yang telah diwajibkanTuhanmu kepada umatmu?" Jawabku, "Solat 50 kali." Kata Musa, "Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan, kerana umatmu tidak akan sanggup melakukannya. Aku sendiri telah mencuba terbadap Bani Israil."
Kata Nabi SAW., "Aku kembali kepada Tuhanku lalu aku memohon, "Ya Tuhan! peliharalah umatku keringanan!' Maka Allah menguranginya lima." Sesudah itu aku kembali kepada Musa. Kataku, "Allah menguranginya lima." Kata Musa , "Umatmu tidak akan sanggup menunaikannya sebanyak itu. Kerana itu kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan."
Kata Nabi SAW selanjutnya, "Aku jadi berulang-ulang pulang pergi antara Tuhanku dengan Musa, sehingga akhirnya Allah berfirman: "Kesimpulannya ialah solat lima kali sehari semalam satu kali solat, sama nilainya dengan sepuluh solat; maka jumlah nilainya 50 juga. Dan siapa yang bermaksud hendak berbuat kebajikan, tetapi tidak dilaksanakannya, dituliskan untuknya (pahala) satu kebajikan. Apabila dilaksanakannya, ditulis baginya (pahala) sepuluh kebajikan. Dan siapa bermaksud hendak berbuat kejahatan, tetapi tidak jadi dilaksanakannya, tidak akan ditulis apa-apa baginya. Tetapi jika dilaksanakannya, maka ditulis baginya balasan satu kejahatan."
Sesudah itu aku turun kembali ke tempat Musa a.s lalu kuceritakan kepadanya apa yang difirmankan Tuhanku itu. Kata Musa, "Kembalilah kepada Tuhanmu, dan mintalah keringanan." Jawab Rasulullah SAW., "Aku telah berulang kali kembali kepada Tuhanku meminta keringanan, sehingga aku malu kepada-Nya. (Muttafaqun Alaih)
Dan di dalam peristiwa Israk dan Mikraj ini, Baginda SAW menyaksikan berbagai-bagai perkara:
1. Telah dipersembahkan kepada Baginda SAW susu dan khamar, namun Baginda SAW memilih susu, maka disebutkan kepada Baginda SAW: Engkau telah menunjukkan kepada fitrah atau telah menepati fitrah, tapi sekiranya engkau mengambil khamar nescaya sesatlah seluruh umatmu.
2. Baginda telah menemui empat sungai di dalam syurga, dua sungai zahir dan dua sungai batin. Dua sungai zahir adalah sungai Nil dan Furat, ini bermakna agama dan risalah yang dibawanya akan bertapak di lembah-lembah subur Nil dan Furat, penduduknya merupakan pendokong-pendokong agama Islam dari generasi ke generasi yang lain, bukanlah bererti yang airnya mengalir dari syurga.
3. Baginda SAW melihat malaikat Malik penjaga neraka, yang tidak pernah senyum malah di mukanya tiada sedikit pun tanda mesra atau lembut, Baginda SAW melihat syurga dan neraka.
4. Baginda menyaksikan pemakan-pemakan harta anak yatim secara zalim, mulut-mulut mereka bak mulut-mulut unta, dilontarkan ke dalam rahang mulut mereka ketulan-ketulan api neraka bak harimau meluru keluar dari dasar neraka keluar melalui dubur mereka.
5. Baginda menyaksikan pemakan-pemakan riba dengan perut yang besar, kerananya mereka tidak berupaya bergerak dari tempat-tempat mereka, dan keluarga Firaun lalu di hadapan mereka dan melanyak mereka dengan tapak kaki.
6. Penzina-penzina diletakkan di hadapan mereka daging-daging elok dan segar di samping daging buruk dan busuk, namun mereka memilih dan memakan yang busuk, ditinggalkannya yang segar. Baginda s.a.w menyaksikan sekumpulan wanita yang masuk ke dalam majlis lelaki yang bukan anak-anak mereka, mereka digantung dari (menggunakan) payudara-payudara mereka.
7. Baginda SAW melihat sekumpulan unta penduduk Makkah yang sedang dalam perjalanan. Pada masa itu Baginda SAW telah menunjukkan mereka unta yang mereka hilang itu, dan Baginda SAW telah meminum air dari bekas-bekas mereka yang tertutup kemas sedang mereka nyenyak tidur. Selepas habis diminum, Baginda s.a.w menutup kembali tudungnya, kejadian ini menjadi bukti kebenaran kepada peristiwa Isra’ Mi’raj yang diceritakan oleh Rasulullah SAW.
Ibnu al-Qayim berkata: Setelah Rasulullah SAW berada di pagi subuh bersama-sama kaumnya dan menceritakan kepada mereka tanda-tanda yang agung (al-Ayat al-Kubra) yang diperlihatkan Allah SWT dan Rasul-Nya, maka semakin ingkar kafir Quraisy dengan risalah Muhammad SAW, semakin bengis lagi mereka menyiksa kaum Muslimin.
Namun demikian, mahu juga mereka bertanya Rasulullah SAW supaya menggambarkan rupa bentuk Baitul Maqdis, maka Allah membuka penglihatan Rasulullah SAW sehingga tergambar Baitul Maqdis itu di hadapan matanya, dengan itu Rasulullah SAW pun menceritakan segala sesuatu mengenai dengannya hingga mereka tidak mampu untuk menolak atau mendustainya, dan Baginda SAW menceritakan juga mengenai kumpulan-kumpulan unta mereka, semasa pemergian dan kepulangan Baginda SAW, juga Baginda SAW menceritakan unta-unta yang akan tiba dan menyifatkan unta yang akan mendahului kafilahnya, dan benar sebagai yang diceritakan oleh Rasulullah SAW namun mereka semakin angkuh dan ingkar, memang sesungguhnya orang yang zalim itu semakin kufurlah mereka.
Adapun Abu Bakar r.a digelar dengan gelaran as-Siddiq kerana pembenaran dan kepercayaan beliau dengan peristiwa Israk dan Mikraj, sedangkan ramai manusia mendustainya.
{untuk memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran) Kami}. [Surah al-Isra’ ayat 1]
Ini adalah sunnah dan qanun Rasulullah kepada para anbiya’ Nya, sebagaimana penegasan Allah kepada Ibrahim a.s.
{وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ}
“…dan demikian Kami memperlihatkan kepada Nabi Ibrahim kebesaran dan kekuasaan (Kami) di langit dan di bumi, dan supaya menjadilah ia dari orang yang percaya dengan sepenuh-penuh yakin” (Surah al-An’aam ayat 75).
Dan penegasan Allah SWT kepada Musa a.s.
{ لِنُرِيَكَ مِنْ آَيَاتِنَا الْكُبْرَى}
“….(Berlakunya yang demikian itu) kerana kami hendak memperlihatkan kepadamu, sebahagian daripada tanda-tanda kekuasaan kami yang besar.” (Surah Thaha ayat 23)
Penyusunan program Israk dan Mikraj ini bertujuan untuk memberi keyakinan:
“…dan supaya jadilah ia dari orang yang percaya dengan sepenuh-penuh yakin”. (Surah al-An’am ayat 75)
Setelah ilmu dan makrifat para nabi ini berdasarkan penyaksian tanda-tanda agung (al-Ayat al-Kubra) tadi, darinya mereka memperolehi ‘Ain al-Yakin (yakin hakiki) yang tidak dapat dinilai kadarnya, kerana berita pengkhabaran itu tidak boleh disamakan dengan penyaksian dua mata kepala, hasilnya mereka lebih mampu untuk menanggung risiko dakwah yang bakal mereka garap dan tempuhi, seluruh tenaga dunia yang menentang mereka hanya seberat nyamuk sahaja, untuk itu mereka tidak menghiraukan segala pancaroba dan ancaman terhadap mereka.
Adapun hikmah dan rahsia-rahsia di sebalik perjalanan agung ini, secara perincian merupakan topik pembicaraan hikmah-hikmah syariat, namun di sana beberapa fakta ringkas terpancar dari jejak perjalanan mulia ini, yang kesemuanya membekalkan siraman subur kepada sirah Rasulullah SAW.

Khamis, 30 April 2015

BERISTIGHFAR LAH ...

Bersihkan Hati Dan Jiwa Kalian Dengan Beristighfar Setiap Hati.
Rasulullah SAW. bersabda maksudnya, “Tidakkah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari) kecuali aku beristighfar kepada Allah sebanyak 100 kali.” (Hadis Riwayat an-Nasai).
Dalam hadis yang lain baginda bersabda maksudnya, "Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali"(Hadis Riwayat Muslim).
Istighfar adalah doa dan doa adalah ibadah. Maka cara dan lafaz dalam beristighfar hendaklah sesuai dengan petunjuk sunnah Nabi SAW, iaitu yang ada contohnya dari Al-Quran dan hadis-hadis Nabi SAW. Antara lafaz istighfar yang datang dari Nabi SAW adalah,
1. Astaghfirullaah (Hadis Sahih Riwayat Muslim);
2. Astaghfirullaha Al-‘Azhim alladzi Laa ilaaha illa huwa Al-Hayyu Al-Qayyuum wa atuubu ilaih. (Hadis Sahih Riwayat Tirmizi)
Dosa-dosa yang kita lakukan akan meninggalkan noda hitam pada hati kita. Sehingga hati kita tidak mampu menerima kebenaran, tidak peka untuk melakukan kebaikan. Lalu, kita pun semakin tersesat di jalan yang gelap gulita. Apa yang akan terjadi jika kita berjalan namun mata tak mampu memandang jalan yang akan kita lalui? Kemungkinan besar kita akan mendapat kemalangan.
Nabi SAW bersabda maksudnya : “Sesungguhnya orang mukmin apabila melakukan sesuatu dosa, terbentuklah bintik hitam pada hatinya. Apabila dia bertaubat, kemudian menghentikan dosa-dosanya dan beristighfar, maka bersihlah daripadanya bintik hitam itu. Dan apabila dia terus melakukan dosa, bertambahlah bintik hitam itu pada hatinya, sehingga tertutuplah seluruh hatinya, itulah karat yang disebut Allah SWT di dalam kitabNya: Sesekali tidak, sebenarnya apa yang mereka lakukan telah mengkaratkan(menutup) hati mereka. Surah Al-Mutoffifin ayat 14.” (Hadith riwayat Al-Baihaqi)
Dalam hadis yang lain Nabi SAW bersabda maksudnya : “Ketahuilah di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila dia baik maka baiklah seluruh jasad, dan apabila dia buruk maka buruklah seluruh jasad. Ketahuilah bahawa itu adalah hati.” (Hadith riwayat Bukhari dan Muslim, dari Nu’man bin Basyir)
Oleh itu sesungguhnya Allah SWT sangat suka kepada hamba-Nya yang suka bertaubat. Allah SWT. berfirman maksudnya, “..Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”
(Surah al-Baqarah [2] ayat 222).
Jika Allah SWT meredhai hamba-hamba-Nya, maka nescaya Allah SWT akan memberikan petunjuk kepadanya sehingga selamat dalam kehidupan.

Rabu, 25 Februari 2015

AMANAH BESAR TUGAS PEGUAM @ HAKIM - SYURGA ATAU NERAKA


Di antara keistimewaan syariat Islam ialah mengambil berat pada menegakkan keadilan dan memberi kepada setiap orang akan haknya dengan tidak melampaui atau mengurangi batasan. Allah telah menyuruh kita supaya berlaku adil dan membuat kebaikan. Atas sebab keadilanlah maka diutuskan para Rasul dan diturunkan kitab-kitab Allah, begitulah tegaknya hukum Allah di dunia dan akhirat. 


Islam mewajibkan semua penganutnya supaya membela dirinya atau keluarganya atau maruahnya apabila menempuh kezaliman atau ancaman. Dari itu jika seseorang itu telah dituduh di dalam sesuatu kes sedang ia percaya dirinya tidak bersalah, hendaklah ia membela dirinya, membela dirinya kerana ianya adalah dijalan yang benar (berani kerana benar, takut kerana salah). Kalaulah keadaan tidak membolehkan ia membela dirinya secara peribadi sehingga ia terdesak untuk mendapatkan bantuan guaman, bolehlah ia menempah seorang peguam (tidak ada bukti bahawa seseorang itu tidak boleh menggunakan peguam sebagai penyelesaian buat dirinya yang benar).

Hukum syarak mengenai penempahan peguam demi membela diri atau sebagainya dengan secara hak dan menegakkan keadilan adalah harus. Tugas sebenar seorang peguam ialah membela hak-hak orang ramai dalam perkara yang berkaitan dengan undang-undang. Ini adalah satu pekerjaan yang mulia dan terhormat di sisi agama Islam. Kerana menegakkan kebenaran dan menolak sebarang bencana dan kezaliman adalah satu daripada prinsip Islam sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nisaa, ayat 135:-

 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنفُسِكُمْ أَوْ الْوَالِدَيْنِ والأَقْرَبِين 

Maksudnya: "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu tegakkan keadilan serta menjadi saksi atas kebenaran kerana Allah, meskipun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapa dan karib kerabatmu. " (Surah an-Nisaa ayat 135).

Jika si peguam itu berbuat sebaliknya dengan membela yang salah dan batil (plaintif/defenden), ini adalah satu perbuatan yang terkeji di sisi Islam dan berdosa besar.

Dari segi membela orang yang salah sebagai contoh. Masyarakat akan berfikir apalah gunanya peguam ni yang membela orang yg bersalah, tidakkah itu dituduh bersubahat (memang akan bersuara juga jika perkara ini ditanya). Di sini perlu diingatkan dalam undang-undang, "no one is guilty untill he is proven guilty" dan kedua-dua pihak berhak bersuara.

Dan lagi satu, tugas peguam bela akan melakukan check n balance. Dialah yang akan memastikan secara tidak langsung dakwaan itu benar atau pun boleh menimbulkan keraguan terhadap tuduhan yang dikenakan berdasarkan bukti yang diberikan oleh anak guamannya.

Rasulullah SAW pernah menerangkan kedudukannya dengan sabdanya yang bermaksud: Dari Ibnu Umar r.a. bahawa Nabi Muhammad SAW telah bersabda "Barangsiapa menggunakan rayuannya untuk menghalang dari dilaksanakan hukum Allah, sesungguhnya ia telah menentang Allah. Dan barangsiapa yang mendakwa hak pada yang batil sedang ia tahu ia tidak berhak sesungguhnya ia dalam kemurkaan Allah sehingga ia kembali kepada yang benar. Dan barangsiapa memburuk-burukkan terhadap seorang mukmin sedang orang yang diburukkan itu tidak bersifat demikian, maka Allah akan menempatkannya di dalam neraka sehingga ia menghentikan apa yang dikatakan itu. Dan barangsiapa yang memihak dalam sesuatu pertelingkahan secara zalim, sesungguhnya ia mendapat kemurkaan dari Allah SWT."

Apabila seorang peguam di tugaskan mendakwa seseorang yang tidak bersalah dan memberikan bukti-bukti dan para saksi yang meragukan maka dia akan menanggung dosa besar jika hakim menjatuhkan hukuman kerana terpengaruh dengan dakwaannya.

Firman Allah SWT maksudnya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran kerana Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, kerana adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Maaidah ayat 8)  Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk selalu menegakkan kebenaran dan berlaku adil.

Jika para peguam atau pendakwa raya melakukan kezaliman kepada orang yang di tuduh kerana kepetahannya berhujah dan mempengaruhi para hakim untuk membuktikan si tuduh bersalah walaupun hakikat sebenarnya dia tak bersalah maka mereka termasuk orang yang membuat fitnah.

Firman Allah SWT maksudnya : "Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian kemari menyebarkan fitnah." (Surah al-Qalam ayat 10-11)

Ayat ini menjelaskan dua jenis dosa yang disebabkan oleh lisan iaitu sumpah palsu dan fitnah. Imam Ibnu Katsir yang mentafsirkan kata fitnah pada ayat di atas dengan perbuatan melaga-lagakan orang atau adu domba. (Termasuk juga orang yang bersumpah palsu menuduh seseorang yang baik meliwat atau berzina)

Sumpah palsu dan adu domba membawa akibat negatif amat besar sehingga perlu secara khusus disebutkan dalam Al-Quran.

Sumpah palsu menyebabkan kebenaran tertutup. Dalam hal yang berkaitan dengan pengadilan, sumpah palsu mengakibatkan terjejas keadilan bagi seseorang, demikian pula kemerdekaannya. Terutama apabila sumpah palsu itu di nyatakan dihadapan  hakim semata-mata untuk mengaibkan dan mendatangkan kemudaratan kepada orang yang dituduh.

Jika seseorang berbohong di hadapan hakim mengatakan dia di liwat sedangkan dia tidak diliwat maka pembohongan ini dipanggil fitnah (membuat  cerita palsu). Orang yang membuat fitnah tidak akan masuk syurga.

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Tidak masuk syurga orang yang suka menyebarkan fitnah.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Di dalam Islam sekiranya seseorang ingin membuat tuduhan seseorang wanita baik berzina perlulah membawa 4 orang saksi lelaki  yang adil. Termasuk juga membuat tuduhan meliwat atau berzina kepada lelaki Islam yang baik perlu juga membawa 4 orang saksi yang adil. Jika dia gagal membawa 4 orang saksi Islam yang adil maka dia akan dihukum dengan hukum qazab dan persaksiaannya tidak diterima sampai bila-bila . Kerana dia adalah orang yang fasik. Jika di dunia dia terlepas maka di akhirat dia tak akan terlepas menerima hukuman daripada Allah SWT.

Dalam Islam barang-barang seperti cctv, vIDEO, DNA dan gambar tidak boleh dijadikan bahan bukti menggantikan 4 orang saksi yang adil kerana barang-barang tersebut terdedah kepada manipulasi dan pengubahsuaian secara profesional.

Firman Allah SWT maksudnya : "Sesungguhnya orang-orang yg menuduh wanita-wanita yang baik-baik,yang lengah lagi beriman (berbuat zina),mereka kena laknat didunia dan akhirat,dan bagi mereka azab yang besar.Pada hari (ketika) lidah,tangan,dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan".(Surah an-Nuur ayat 23-24).

Khamis, 1 Januari 2015

Telaga Kautsar Rasulullah SAW

Telaga Rasulullah SAW terletak di Padang Mahsyar. 

Daripada Anas bin Malik bahawa Rasulullah SAW bersabda, maksudnya:

"Ketika aku sedang berjalan di Syurga, tiba-tiba aku melihat sebuah sungai yang tepinya seperti kubah-kubah permata yang melengkung. Aku bertanya: 'Wahai Jibril! Apa ini?' Ia menjawab: 'Ini ialah Kautsar yang Allah anugerahkan kepadamu.' Ternyata tanahnya adalah kasturi Azfar" (Hadis Riwayat al-Bukhari)

Hadis ini memang menunjukkan bahawa telaga Kautsar berada di dalam Syurga, namun airnya mengalir hingga ke Padang Mahsyar lalu terkumpul di Telaga Rasulullah SAW yang akan didatangi oleh umat Baginda. Imam al-Bukhari meriwayatkan daripada Abdullah bin 'Amr bahawa Nabi SAW bersabda, maksudnya: 

"Telagaku seluas pejalanan satu bulan. Airnya lebih putih daripada susu, baunya lebih wangi daripada kasturi, cawan-cawannya sebanyak bintang di langit. Barang siapa yang minum daripadanya tidak akan berasa haus lagi selama-lamanya." (Hadis Riwayat al-Bukhari).

Manusia yang berhimpun di Padang Mahsyar ribuan tahun terlalu dahaga maka sesiapa yang layak dapat meminum air di Telaga Rasulullah SAW tidak akan haus selama-laamnya. Setiap orang yang pernah menjadi umat Rasulullah SAW di dunia, sama ada yang beriman ketika Baginda masih hidup ataupun generasi yang datang setelahnya, akan mendatangi telaga Baginda untuk meminum airnya. Imam Abu Daud meriwayatkan daripada Zaid bin Arqam katanya, "Suatu hari kami bersama Nabi SAW di suatu tempat. Baginda lalu bersabda, maksudnya:

"Tidaklah kalian ini satu bahagian daripada seratus ribu bahagian daripada orang yang akan mendatangi telagaku."

Seseorang bertanya kepada Zaid, 'Berapakah bilangan kalian pada waktu itu?' Zaid menjawab, 'Tujuh ratus atau lapan ratus orang.'"[Abu Dawud: Kitab al-Sunah, no. 4746.] 

Telaga Rasulullah SAW adalah perwujudan syariat yang dibawa oleh Baginda di dunia ini. Sesiapa yang paling awal menerimanya dengan baik, maka dia akan menjadi orang yang pertama yang meminum airnya. At-Tirmizi meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda, "Orang pertama yang mendatangi telaga adalah orang fakir daripada golongan Muhajirin yang kusut rambutnya dan kotor pakaiannya."[Hadis Riwayat at-Tirmizi, Sifat al-Qiyamah no. 2444. Beliau berkata: "Hadis gharib daripada jalan ini.] 

Hal ini kerana orang fakir daripada golongan Muhajirin di Makkah adalah orang yang pertama kali menerima dakwah Rasulullah SAW sebelum manusia lainnya.Imam Muslim meriwayatkan sabda Nabi SAW, maksudnya: 

"Aku akan berada di telagaku untuk menghalau manusia bagi ahli Yaman. Aku akan memukul dengan tongkatku untuk membuka jalan bagi mereka."

Imam an-Nawawi mentafsirkan bahawa ahli Yaman yang dimaksudkan dalam hadis ini adalah golongan Ansar. Beliau berkata, "Golongan Ansar berasal dari Yaman, maka Nabi menghalau manusia pada hari itu daripada mereka sebagaimana di dunia mereka menghalau segala ancaman dan kesusahan daripada diri Nabi SAW." 

Sementara itu, tokoh-tokoh yang berjasa besar dalam membantu perjuangan dakwah Rasulullah SAW, maka mereka bukan sahaja menjadi orang terawal di telaga Baginda, akan tetapi mereka akan membantu Baginda dalam memberikan air minuman kepada umatnya. Imam at-Tirmizi meriwayatkan daripada Ibnu Umar Nabi SAW bersabda kepada Abu Bakar as-Siddiq:

"Engkau sahabatku di telaga dan sahabatku di gua."[Hadis Riwayat at-Tirmizi, kitab al-Manaqib no. 3670. Beliau berkata, "Hadis hasan sahih gharib."]

Seterusnya, sedikit atau banyaknya seseorang meminum dari air telaga pada hari itu disesuaikan dengan kadar pengetahuannya tentang ajaran syariat dan sunnah Rasulullah SAW di dunia. Umat Islam yang mengikut sunah baginda dan mengamalkan ajaran Islam , berjihad dan berdakwah menegakkan ajaran Islam sehingga ke hari kiamat akan berpeluang meminum ait di Telaga Rasulullah SAW.

Mereka yang Dihalau...

Orang yang menolak ajaran Rasulullah SAW di dunia atau meninggalkannya (murtad) setelah mendapat hidayah, maka ia akan dihalau dari telaga Rasulullah SAW, meskipun mereka mengaku sebagai umat Baginda pada hari itu.Daripada Asma binti Abu Bakar, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: 

"Akan datang pada hari Kiamat nanti sekumpulan daripada sahabatku, tiba-tiba mereka dihalau dari telaga. Aku berkata: 'Ya Tuhan, (mereka) sahabatku.' Maka dijawab: 'Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka lakukan setelahmu. Mereka telah kembali kepada (kekafiran)." (Hadis Riwayat al-Bukhari) 

Para ulama mengatakan bahawa yang dimaksudkan adalah sebahagian kecil daripada orang yang pernah berjumpa dengan Nabi SAW lalu murtad setelah Baginda wafat. Mereka itulah yang diperangi oleh Abu Bakar al-Siddiq bersama para sahabat Nabi SAW segera setelah beliau menjadi khalifah.

Namun begitu, pengertian hadis ini tidak tertutup untuk umat Nabi SAW yang lain hingga akhir zaman.  Imam al-Nawawi dalam Syarh Sahih Muslim menukilkan ucapan al-Hafiz Ibn Abdil Bar, 

"Setiap orang yang menciptakan ajaran bidaah dalam Islam akan dihalau dari telaga seperti puak Khawarij, Muktazilah, Rafidah (Syiah) dan semua penyebar ajaran sesat (ahl al-ahwa)." 

Ibn Abdil Bar melanjutkan, "Begitu juga orang zalim yang berlebihan dalam ketidakadilan, suka menyembunyikan kebenaran dan terang-terangan melakukan dosa-dosa besar. Mereka ini dikhuatiri termasuk dalam pengertian hadis di atas."

Ucapan ini disokong oleh beberapa hadis, antara lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad serta disahihkan oleh Ibn Hibban dan al-Hakim daripada Khabbab bin al-Arat bahawa Nabi SAW bersabda, "Dengarkanlah, akan datang kepada kalian para pemimpin (umara), maka janganlah kamu bantu mereka dalam kezaliman dan janganlah kamu benarkan pendustaan mereka. Sesiapa yang membantu mereka dalam kezaliman dan membenarkan pendustaan mereka, maka ia tidak akan mendatangi telagaku." 

Selasa, 16 Disember 2014

BAGAIMANA MAHU MENJADI MANUSIA YANG IBAADUR RAHMAN

Antara SIFAT SIFAT IBAADUR RAHMAN (hamba Allah) Yang Di Rahmati Allah Di Dunia Dan Akhirat :
1. Berjalan dimuka bumi dengan rendah hati DAN tidak sombong.
2. Bila disapa atau ditegur oleh orang yang jahil hendaklah dibalas dengan ucapan salam (sejahtera) kepada mereka.
3. Pada waktu malam sentiasa melaksanakan solat tahajud.
4. Sentiasa berdoa kepada Allah SWT supaya dijauhi seksaan Neraka Jahanam.
5. Sentiasa membelanjakan hartanya dengan berhati-hati tidak membazir dan tidak kikir.
6. Tidak mempersekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya iaitu menjauhkan diri daripada perbuatan syirik.
7. Tidak membunuh manusia melainkan apa yang dibenarkan oleh syarak.
8. Tidak melakukan perbuatan berzina.
9. Sentiasa bertaubat kepada Allah SWT.
10. Sentiasa mengerjakan amal soleh.
11. Tidak menjadi saksi palsu
12. Bila bertemu orang yang suka membuat perbuatan tidak berfaedah, tidak dilayainya untuk menjaga kehormatan diri.
13. Sentiasa menerima peringatan dan arahan Allah SWT dengan hati yang terbuka tanpa ragu-ragu.
14. Sentiasa berdoa supaya dikurniakan isteri dan anak-anak yang menyenangkan hati.
15. Sentiasa berdoa supaya menjadi pemimpin untuk kepada orang-orang yang bertakwa.
Huraiannya adalah seperti berikut :

1. Berjalan dimuka bumi dengan rendah hati.
Seorang mukmin peribadinya seimbang dengan menundukkan pandangan bila berjalan dan tidak merasa sombong dan bangga diri. Sebagaimana Luqman memberi nasihat kepada anaknya seperti firman Allah SWT dalam surah Luqman ayat 18 yang bermaksud : "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (kerana sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."
2. Bila disapa oleh orang yang jahil akan dibalas dengan ucapan salam (sejahtera) kepada mereka.
Firman Allah SWT maksudnya, "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih (Ibadur Rahman) itu adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina) mereka mengucapkan "salam". (Surah al-Furqan (25) ayat 63)
3. Pada waktu malam sentiasa melaksanakan solat tahajud .
Dalam al-Quran Allah SWT menceritakan sifat orang bertakwa sentiasa melaksanakan solat tahajud , firman-Nya yang bermaksud : “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa adalah ditempatkan di dalam beberapa taman syurga, dengan matair-matair terpancar padanya. (Keadaan mereka di sana) sentiasa menerima nikmat dan rahmat yang diberikan kepadanya oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka di dunia dahulu adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Mereka sentiasa mengambil sedikit sahaja masa dari waktu malam, untuk mereka tidur. Dan pada waktu akhir malam (sebelum fajar) pula, mereka selalu beristighfar kepada Allah (memohon ampun)”. (Surah al-Dzaariyaat ayat15-18)
4. Sentiasa berdoa kepada Allah SWT supaya dijauhi seksaan Neraka Jahanam.
Sifat orang mukmin ini digambarkan dalam firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 16 yang bermaksud : "(Iaitu) orang-orang yang berdoa dengan berkata: "Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya Kami telah beriman, oleh itu, ampunkanlah dosa-dosa kami dan peliharalah kami dari azab neraka".
Nabi SAW bersabda maksudnya : "Bila seseorang selesai membaca tasyahud (akhir), hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah empat perkara, iaitu: ' Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari seksa neraka Jahannam, dari seksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah dajjal'. (Selanjutnya, hendaklah ia berdoa memohon kebaikan untuk dirinya sesuai kepentingannya)". (Hadis riwayat Muslim)
5. Sentiasa membelanjakan hartanya dengan berhati-hati tidak membazir dan tidak kikir.
Firman Allah SWT : “Dan jangan membelanjakan hartamu dengan boros yang melampau-lampau. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara syaitan, sedangkan syaitan itu pula adalah makhluk yang sangat kufur kepada Tuhannya.”
(Surah al-Israk ayat 26 – 27)
Nabi SAW bersabda maksudnya : “… dan takutlah kamu dari sifat kikir, kerana sesungguhnya sifat kikir itu telah membinasakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka melakukan pertumpahan darah dan menghalalkan semua yang diharamkan Allah.” (Hadis Riwayat Muslim)
6. Tidak mempersekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya iaitu menjauhkan diri daripada perbuatan syirik.
Firman Allah SWT maksudnya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". (Surah An-Nisa' ayat 48).
7. Tidak membunuh manusia melainkan apa yang dibenarkan oleh syarak.
Firman Allah SWT. yang bermaksud : “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam , kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (Surah An- Nisa’ ayat 93)
Dari Ibnu Mas’ud radiallahuanhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda : "Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan bahwa saya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) adalah utusan Allah kecuali dengan tiga sebab : Orang tua yang berzina, membunuh orang lain (dengan sengaja), dan meninggalkan agamanya berpisah dari jamaahnya." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
8. Tidak melakukan perbuatan berzina.
Firman Allah SWT yang bermaksud : “ Dan janganlah kamu mendekati zina , sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Surah Al- Israa’ ayat 32)
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : “ Jauhilah oleh kamu akan zina, kerana kecelakaannya empat macam iaitu hilang seri (cahaya) pada wajahnya , di sempitkan rezekinya , dan kemurkaan Allah atasnya dan menyebabkan kekal di dalam neraka.” (Hadis riwayat Thabrany dan Ibnu Abbas)
9. Sentiasa bertaubat kepada Allah SWT.
Allah SWT. berfirman yang bermaksud, " Sesungguhnya Allah amat menyukai orang-orang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (Surah Al-Baqarah ayat 222)
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud :“Barangsiapa bertaubat kepada Allah sebelum matahari terbit dari barat, nescaya Allah akan menerima taubat orang tersebut.” (Hadis Riwayat Muslim)
10. Sentiasa mengerjakan amal soleh.
Firman Allah SWT yang bermaksud : “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal soleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Surah al-Kahfi ayat 110)
11. Tidak menjadi saksi palsu.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : "Dipastikan dua kaki dari orang yang bersaksi palsu itu pada hari kiamat nanti akan melangkah ke neraka" ( Hadis Riwayat Ibn Majah dan Hakim)"
Nabi SAW bersabda maksudnya : "Mahukah ku tunjukan tentang dosa yang paling besar? Iaitu syirik kepada Allah, derhaka kepada orang tua, ingatlah ucapan-ucapan dusta dan ingatlah saksi yang dusta dan Nabi mengulang-ngulangi hingga kami (para sahabat berkata ( dalam hati): ohh, bilakah baginda hendak diam" (Hadis Riwayat Bukhari )
12. Bila bertemu orang yang membuat perbuatan tidak berfaedah tidak dilayainya untuk menjaga kehormatan diri.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : "Sebaik-baik Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang bukan kepentingannya." (Hadis Riwayat Tarmizi)
Rasulullah SAW pernah bersabda yang bermaksud : "Jangan banyak bicara selain zikir kepada Allah kerana banyak bicara selain zikrullah menyebabkan hati keras dan sejauh-jauh manusia dari Allah ialah yang berhati keras." (Hadis Riwayat Tarmizi)
13. Sentiasa menerima peringatan dan arahan Allah SWT dengan hati yang terbuka tanpa ragu-ragu.
Allah SWT berfirman: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, iaitu: Nabi-nabi, para sidiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang soleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (Surah an-Nisa' ayat 69)
Sabda Rasulullah S.A.W maksudnya : "Apabila kamu merasa gembira setelah melakukan kebaikan dan merasa berdukacita setelah melakukan keburukan, maka itu tandanya kamu beriman" (Hadis riwayat Muslim)
14. Sentiasa berdoa supaya dikurniakan isteri dan anak-anak yang menyenangkan hati.
Rumahtangga bahagia sebenarnya terletak pada isteri yang solehah. Ia taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya serta setia kepada suami yang soleh.
Firman Allah SWT maksudnya : “Wanita yang solehah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri (tidak berlaku curang serta memelihara rahsia dan harta suaminya ) di belakang suaminya, oleh kerana Allah telah memelihara mereka…”
(Surah An-Nisa’ ayat 34)
Orang mukmin sentiasa berdoa semoga mendapat anak yang soleh sebagaimana firman Allah SWT yang bermaksud : "Wahai Tuhanku , anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang soleh." (Surah Ash-Shaffat ayat 100)
15. Sentiasa berdoa supaya menjadi pemimpin untuk kepada orang-orang yang bertakwa.
"Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."(Surah al-Furqan 25, ayat 74)
Di dalam ayat yang lain Allah SWT menjelaskan sifat orang bertakwa dalam firman-Nya bermaksud: "iaitu orang yang berdoa:' Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami daripada seksa neraka. Iaitu orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfaqkan (ke jalan Allah) dan orang yang memohon keampunan pada waktu sahur '." (Surah Ali Imran, ayat 16-17)

SUAMI BAGI WANITA DI SYURGA ADALAH SUAMI YG TERAKHIR DIDUNIA

1. Hadis pertama : Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, yang manakah lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Rasulullah menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang nampak daripada apa yang tidak nampak.”
Saya bertanya, “kerana apa wanita dunia lebih utama?”
Baginda menjawab, “Kerana solat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya dibuat dari emas. Mereka berkata, “kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemad lembut dan tidak jahat sama sekali, kami redha dan tidak pernah bersungut-sungut. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.”
Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah bernikah dengan dua, tiga, empat lelaki lalu dia meninggal dunia. Dia masuk syurga dan mereka pun masuk syurga pula. Siapakah di antara lelaki itu yang akan menjadi suaminya di syurga?”
Baginda menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu diapun memilih siapa diantara mereka yang akhlaknya paling bagus. Lalu dia berkata, “wahai tuhanku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya.” Wahai ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.” (Hadis Riwayat Thabrani, Sulaiman bin Abu karamah menyendiri dalam hadith ini. Abu Hatim menganggapnya dha'if. )
2. Nabi SAW bersabda maksudnya, "Wanita yang suaminya meninggal dan kemudian menikah dengan yang lainnya, maka dia untuk suami yang paling terakhir walaupun sempat menikah berkalikali, berdasarkan sabda Rasulullah SAW :
“Wanita itu adalah untuk suami terakhirnya”. (Hadis Sahih Riwayat. Abu ‘Ali Al-Haraani Al-Qusyairi, Abu Syaikh dan Al-Baghawy)
Dan berdasarkan perkataan Hudzaifah ……. kepada isterinya : “Jika engkau tetap ingin menjadi isteriku di syurga maka janganlah menikah dengan siapapun sepeninggalanku, sesungguhnya wanita saat di syurga adalah untuk suami terakhirnya di dunia. Karena itulah Allah .SWT. pun mengharamkan isteri-isteri nabi untuk dinikahi oleh orang lain sepaninggalannya, karena mereka itu kelak akan tetap menjadi isteri-isterinya di syurga.

Dalam kita memilih kedua-dua hadis di atas, hadis yang menyatakan bahawa wanita akan bertemu di syurga dengan suaminya yang paling baik akhlak atau dia menjadi isteri kepada suaminya yang terakhir, maka hadis yang lebih sahih adalah wanita tersebut akan menjadi isteri kepda suaminya yang terakhir . Hadis ini adalah hadis sahih riwayat Abu Ali Al-Haraani Al-Qusyairi.